1 Februari 2012

Sakit

@Tawangmangu

Tentu tidak menyenangkan, jika sakit datang ketika sedang berlibur. Keinginan untuk bersenang-senang jadi terbatasi oleh penyakit yang diderita.  Bagitulah keadaan saya pada akhir pekan ke tiga Januari. Jalan-jalan gratis untuk mengikuti Workshop Menulis Puisi dan Cerita Pendek di Tawangmangu, Karang Anyar, Solo saya bayangkan akan begitu menarik. Tawangmangu adalah daerah di kaki gunung Lawu yang terkenal dengan pesona alamnya.

    Sakit yang saya alami datang begitu saja setelah makan siang. Kulit tangan terasa pedih dan kedinginan. Entah karena cuaca semakin dingin karena hujan atau kekenyangan, kantuk datang dengan cepat. Bangun dari tidur kepala menjadi sakit dan dingin terasa semakin menyiksa. Perubahan posisi tubuh, misalnya dari duduk ke berdiri sakit kepala akan terasa hingga butuh beberapa saat untuk menenangkannya dengan cara dipijit.

Selama di pemondokan saya banyak menghabiskan waktu di atas ranjang, di bawah selimut tebal. Berbeda dengan teman-teman yang dapat berkeliling menikmati alam Tawangmangu. Mengunjungi lokasi agrowisata, melihat puncak gunung Lawu yang timbul-tenggelam dalam kabut serta pesona hutan pinus yang begitu damai. Jurus sehat tanpa obat yang ada dalam postingan sebelumnya ternyata tidak mempan sat itu. Air panas yang tersedia di pemondokan yang hilang-muncul membuat mandi air panas jadi kurang afdol. Ketika sedang nikmatnya merasakan air panas membasahi tubuh, air yang keluar dari shower menjadi dingin. Dingin yang menggigilkan. Perlu beberapa saat menunggu air panas kembali.

Sebelum pulang kami mengunjungi air terjun Grobongan Sewu. Air terjun yang terletak dalam hutan pinus ditempuh melalui pintu masuk Satu dengan cara menuruni anak tangga dari batu sebanyak seribu dua ratus (kata teman yang menghitungnya). Monyet-monyet ekor panjang mengiringi perjalanan dengan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Keindahan alamnya mampu menciptaan perasaan damai. Sudah lama tidak memasuki alam yang begitu alami dengan pohon-pohon besar, suara ricik air, dan cuaca yang sejuk. Sejenak rasa sakit itu dapat dilupakan.

Pulangnya kami memilih lewat pintu masuk Dua karena jalurnya relatif ringan. Turunan dan tanjakan yang tidak begitu curam. Setelah itu dari pintu dua menyewa ojek motor seharga Rp 10.000,00 menuju pintu masuk satu tempat mobil kami diparkir. Setelah itu sakit kepala kembali datang hingga saya tertidur selama perjalanan pulang.


@Semarang

    Awal sampai di Semarang saya merasakan saya akan pulih dengan cepat. Karena cuaca sudah kembali normal. Tidak begitu dingin karena kota ini terkenal dengan udaranya yang panas. Namun, semua yang terjadi tidak sesuai dengan asumsi saya. Angin kencang serta hujan membuat cuaca menjadi dingin. Kejadian yang berlangsung sampai minggu pertama di Semarang.

    Selama itu juga jendela dan pintu kamar saya jarang sekali dibuka. Selimut tebal dan baju lima lapis menjadi teman dekat berhari-hari. Sakit kepala sudah mulai hilang, namun demam masih setia. Bibir menjadi kering dan pecah-pecah. Kerongkongan pahit hingga air putihpun terasa pahit ketika diminum. Ketika saya ceritakan kepada seorang teman, dia mengatakan kalau saya terserang gejala demam berdarah. Oh, semoga saja tidak, dan saya mempercayai ini bukanlah gejala demam berdarah. Sakit ini hanyalah demam biasa.
Sakit kali ini saya rasa tidak begitu berat, namun terasa begitu menyiksa. Karena cuaca yang tidak bersahabat hingga hari-hari dilalui hanya di dalam kamar. Jurus baju lima lapis telah dilakukan beberepa kali hingga selama seminggu itu saya antar-jemput laundry sampai tiga kali. Pakaian kotor diantar dan pakaian bersih dijemput.

Air dalam bak mandi terasa menakutkan. Hingga selama dua hari airnya tidak membasahi tubuh ini. The Book of Eli film yang sempat saya tonton ketika sakit menunjukkan cara membersihkan tubuh tanpa air. Akhirnya saya mandi dengan tisu gallon air. Sepuluh bungkus tisu habis untuk mandi siang pada hari ke tiga di Semarang.

Memasuki hari ke lima di Semarang demam yang hinggap di tubuh mulai menghilang dengan meninggalkan jejak di bibir. Bibir masih saja kering sampai tulisan ini ditulis. Ketika sakit, keadaan sehat sungguh terasa begitu berharga. Keinginan untuk berkegiatan seperti biasa menjadi terhambat.
Sehat menjadi satu-satunya keinginan ketika sakit. Dengan keadaan tubuh yang sehat dapat melakukan segala kegiatan yang diinginkan, menciptakan perubahan dalam hidup. Karena perubahan tidak akan terjadi jika hanya berdiam diri dalam kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar