20 Mei 2013

Rindu Menulis Puisi

Ketika jemari berpacu menekan huruf-huruf di keyboard laptop untuk sebuah jejaring sosial, tiba-tiba dalam diri saya muncul sebuah kerinduan untuk menulis sesuatu yang lain, yaitu puisi. Saya sadari kerinduan itu begitu dalam, hingga sebaris kalimat mulai menghiasi lembaran putih.
Kali ini saya rasakan puisi ini ditulis benar-benar karena saya ingin menulis, tanpa tendensi apapun hingga saya begitu semangat menerbitkannya sampai menuliskan pengantar seperti ini. Ah, kita sudahi saja pengantar ini dengan puisi di bawah ini:



Jarak
Malam ini jarak kita sebatas niat dan kenyataan
Seperti puisi yang susah dipahami
Hingga hanya dapat dinikmati

Ribuan kilometer raib dalam kata-kata
Jarak tinggal semata keengganan tungkai
Jejak-jejak menabuh gendang kesunyian

Pintu rumah sayup memanggil
Saat kita berusaha merapal nama
Entah namamu, entah namanya
Jakarta, 2013

Malam ini jarak kita sebatas niat dan kenyataan, seperti puisi yang susah dipahami

hingga hanya bisa dinikmati