12 November 2012

HULU LEDAK: Sebuah Perasaan Kebangkitan Setelah Penolakan

Saya merasa jemari saya lebih cepat menanggapi pikiran saya dibandingkan laptop—yang agak bermasalah--teman yang saya pinjam untuk mengetik tulisan ini sebelumnya, hingga saya memakai komputer saya sendiri untuk menyelesaikan tulisan ini. Semangat saya dalam menyelesaikan tulisan ini tidak datang begitu saja. Setelah melewati masa kecewa dan putus asa yang membuat saya menjadi pasif selama dua hari, seakan saya merasakan diri saya yang paling tua. Selama dua hari saya menghabiskan waktu dalam kamar hanya untuk tidur dan melamun. Jam tidur saya menjadi dua kali lipat dibandingkan biasanya.

    Kekecewaan saya bermula dari gagalnya diterima bekerja pada sebuah perusahaan pembiayaan keuangan. Setelah melakukan  seleksi wawancara yang merupakan seleksi terakhir sebelum tes kesehatan, pihak perusahaan mengatakan akan menghubungi saya pada hari Rabu. Sepanjang hari Rabu tersebut saya menunggu adanya panggilan atau pesan masuk di telepon seluler saya. Bagai menunggu bulan jatuh saya menantikan panggilan dan pesan tersebut. Seperti biasanya saya selalu berpikir kemungkinan terbaik pada setiap keadaan. Saya rasa pihak perusahaan terlambat menghubungi dengan kemungkinan akan menghubungi saya pada hari selanjutnya. Seperti hari pertama penantian saya, hari selanjutnya pun tidak ada panggilan atau pesan masuk dari perusahaan. Keadaan diperparah oleh bergemingnya telepon seluler saya selama dua hari tersebut. Jikapun ada pesan masuk atau panggilan dari nomor yang tidak dikenal paling tidak dapat menimbulkan getaran dan harapan pada diri saya.

    Selama dua hari tersebut saya meyerahkan diri pada siksaan kegagalan. Beranjak dari kamar untuk membeli makanpun saya merasa berat. Pada akhirnya saya merasa harus membagi, lebih tepatnya menceritakan beban saya ini kepada orang-orang terdekat saya. Awalnya saya menceritakan masalah ini kepada seorang perempuan yang menjadi teman saya dalam komunitas Lacikata. Perlahan saya mendapat pencerahan namun belum mampu menerangi sepenuhnya langkah saya pada hari-hari berikutnya. Lalu saya menceritakan perihal kegagalan dan keadaan yang saya alami kepada orang tua saya—vaksin paling ampuh walaupun untuk virus paling mematikan di dunia ini—Ibu.

    Bagi saya seorang Ibu lebih berkhasiat dari obat-obatan apapun terhadap sakit yang saya derita. Nasihat dan motivasinya yang walaupun sederhana dan itu-itu saja, lebih mujarab dibandingkan motivasi dari motivator-motivator handal yang sering muncul dalam televisi atau memberikan kuliah di jejaring sosial. Bagai sikat kain yang digosokkan pada noda pakaian secara berulang kali, kekecewaan dan rasa putus asa saya terkikis habis. Langkah-langkah sederhana mulai saya jalani, seperti mencari lowongan baru di internet, mengikuti job fair, dan mencari tahu tips-tips dalam proses seleksi wawancara pekerjaan.


    Menurut saya motivasi atau petuah yang melepaskan kita dari kekecewaan dan rasa putus asa barulah sekadar obat bius sementara terhadap rasa sakit. Ia belum dapat menyembutkan rasa sakit yang diderita. Penyembuhan dari rasa sakit tersebut adalah tindakan nyata atau langkah baru yang kita ambil. Saya mencoba memahami lebih lanjut tentang jenis pekerjaan yang saya inginkan, teknik dalam wawancara, serta pemilihan diksi yang tepat dalam menjawab pertanyaan pewawancara.

    Saat ini saya merasa bersyukur atas kegagalan saya sebelumnya. Saya mengetahui lebih dalam kelemahan dan kelebihan diri saya. Saya mendapat banyak pelajaran berharga yang akan membantu saya menatap masa depan. Bahkan saya merasa mampu menggapai pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan di perusahaan yang tidak menerima saya. Penolakan yang saya terima menjadi hulu ledak bagi semangat saya hari ini dan hari-hari selanjutnya, termasuk dalam menuntaskan tulisan ini.

"Ini siapa?" : Sebuah Pertanyaan Kecil yang Menjengkelkan

Semua hal besar memiliki kemungkinan besar berasal dari hal-hal kecil. Ketika hal kecil disepelekan bisa jadi kita telah menyepelekan awal suatu perubahan besar. Hal kecil yang disepelekan dan barangkali terjadi berkali-kali tanpa disadari telah menjadi dinamit yang siap meledak. Mengabaikan hal-hal kecil bagai menumpuk mesiu di pundak, dan waktu akan menjadi pemantiknya. Kurang pekanya terhadap rangsangan dan takutnya berimajinasi merupakan sebab terabaikannya hal-hal kecil tersebut.

Seringkali kekesalan saya timbul karena pertanyaan ini siapa? setelah mengirim pesan pendek kepada seseorang. Pesan yang saya kirim tidaklah sekadar sapaan yang bertendensi menggoda namun mengenai suatu keadaan atau kepentingan di antara kedua pihak. Kejadian ini siapa? tersebut sudah pasti disebabkan nama si pengirim tidak muncul di ponsel si penerima. Saya tidak tahu alasan mengapa nama saya tidak tampil di ponselnya padahal kita pernah berkomunikasi sebelumnya. Namun ketika ada keadaan atau kepentingan yang dapat merujuk ke suatu hal atau ke seseorang, selayaknyalah menjawab pertanyaan yang disampaikan terlebih dahulu, lalu menanyakan siapa pengirimnya jika masih ragu.

Saya tidak habis pikir dengan orang-orang yang setelah membaca pesan masuk langsung mengetik ini siapa? dan mengirimnya tanpa menjawab atau menanggapi isi dari pesan tersebut. Begitu malaskah dia menduga-duga siapa yang menghubunginya atau begitu pentingkah dia mengetahui orang lain untuk berbagi informasi. Mas, bahan untuk tugas kelompok kita sudah saya peroleh. Kamu di mana sekarang? Saya ingin menyerahkannya. Ini adalah contoh pesan pendek saya kepada seseorang setelah beberapa jam sebelumnya dia menunjuk saya untuk mencari bahan tugas kelompok. Saya berpikir dia akan mengatakan keberadaannya agar saya bisa menyerahkan bahan tersebut secepatnya. Namun ini siapa? menjadi balasan yang saya terima. Siang itu matahari terasa lebih dekat ke bumi.

Ini siapa? Menurut saya adalah pertanyaan yang mengarah pada ketidakpedulian terhadap suatu kepentingan dan keengganan untuk berpikir. Walau kelihatan kecil, pertanyaan tersebut tidak efisien dan terkesan membuang-buang waktu. Jika pertanyaan itu dilontarkan atas dasar menjaga sebuah informasi, perlu ditelusuri dulu seberapa penting informasi yang kita jaga tersebut. Apakah orang tersebut menanyakan kode brankasmu atau menayakan posisimu bercinta tadi malam hingga kamu perlu tahu dengan jelas siapa pengirim pesan tersebut. Menurut saya pertanyaan tersebut adalah bentuk dari kebudayaan subjektif yang menjangkiti masyarakat dan bangsa kita. Orang-orang lebih peduli kepada “siapa” yang menyampaikan daripada “apa” yang dia sampaikan.

Saya juga sering menerima pesan pendek dari nomor yang tidak saya kenal, namun saya selalu berusaha untuk menanggapi isi pesan tersebut sebelum menanyakan siapa pengirimnya. Hal itupun saya lakukan jika tidak ada pertanda akan diri si pengirim. Saya mencoba keluar dari pemikiran subjektif yang lebih mementingkan “siapa” daripada “apa” tersebut. Berpikir secara objektif membuat saya menemukan kenikmatan lain dalam kehidupan ini. Kenikmatan dari hal kecil. Saya tidak ingin mengirim ini siapa? tanpa disengaja jika nantinya ada pesan dari nomor yang tidak dikenal mengatakan: orang tuamu sedang sakratul maut, dia ingin melihatmu secepatnya. Semoga saya tidak mendapat kedua pesan tersebut. Amin.

18 Oktober 2012

Catatan Perjalan: Menyerbu Pulau Sempu


Memiliki kolam renang pribadi dengan nuansa alam mungkin menjadi impian hampir setiap orang. Jika kolam renang dengan nuansa alam itu tidak bisa dimiliki, paling tidak dapat dinikmati sensasi berenang di sana. Di sebuah pulau kecil yang langsung berhadapan dengan samudera Hindia terdapat laguna dengan pasir putih dan airnya yang jernih. Lagunanya yang eksotik itulah yang saya sebut dengan kolam renang pribadi yang bernuansa alam. Pulau kecil yang memiliki laguna itu adalah pulau Sempu yang terdapat di Malang, Jawa Timur. Pulau kecil yang sejatinya lokasi konservasi alam telah menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Hamparan pasir putih seluas lebih kurang 100 m dipenuhi tenda warna-warni, sementara itu  beberapa orang mengambil foto dan menceburkan diri ke dalam air jernih yang tampak kehijauan dari jauh, di bawah rindang pohon yang tumbuh di tebing bukit beberapa pengunjung tampak tidur siang dengan pulas, begitulah suasana siang waktu saya sampai di laguna pulau Sempu.

Setelah mendirikan tenda dan mengemas perlengkapan niat untuk menjelajah daerah di sekitar laguna tidak tertahankan. Tujuan pertama adalah deretan karang dengan horizon lepas. Deretan karang tersebut langsung berhadapan dengan ganasnya gelombang samudera Hindia. Proses pengikisan oleh air laut dan angin meninggalkan rongga-rongga tajam pada karang tersebut. Dari karang tersebut kita dapat menikmati pemandangan samudera Hindia, mendengarkan gelombangnya menghempas karang hingga tempiasnya dapat mencapai tempat berdiri. Jika beruntung pada jam 8 pagi kita dapat melihat segerombolan lumba-lumba di sana.
Laguna di pulau Sempu tersebut memiliki luas kira-kira sebesar lapangan sepakbola. Airnya jernih dan tampak kehijauan disebabkan oleh tumbuhan sejenis alga yang tumbuh di dasarnya. Saat pasang ketinggian air di laguna mencapai leher orang dewasa, ketika surut  beberapa bagian dasar laguna akan kelihatan. Keinginan untuk berenang dijamin akan terpuaskan. Airnya berasal dari karang yang telah bolong akibat proses pengikisan yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Berbagai jenis ikan juga ada di sini, jika anda membawa pancing, barangkali dapat menikmati ikan segar saat makan malam.

Perjalanan ke pulau Sempu ditempuh selama 2-3 jam dari kota Malang hingga sampai di pelabuhan Sendang Biru. Dari pelabuhan kita akan menyeberang dengan perahu nelayan selama 5 menit untuk sampai di bibir pulau. Untuk menuju laguna perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menembus hutan rawa. Pada musim kemarau perjalanan menuju laguna dapat ditempuh selama 1-2 jam, namun pada musim hujan bisa memakan waktu 4-6 jam karena medan yang dilewati berlumpur dan licin. Pada musim hujan disarankan untuk menyewa sepatu khusus. Jika memakai sandal gunung atau jenis sandal lainnya, kemungkinan besar akan putus oleh beratnya medan.

Laguna pulau Sempu memang sangat menarik hingga dapat dikunjungi sekitar 200 orang pada akhir minggunya. Namun, jumlah pengunjung yang banyak berbanding lurus dengan pencemaran karena sampah di sana. Sampah-sampah berserakan di sepanjang jalan menuju laguna, pantai, semak, hingga karang di sekitarnya. Padahal sampah plastik sebaiknya dibawa pulang oleh pengunjung, sedangkan sampah organik bisa dikubur atau dibakar. Karena itu Polisi hutan yang bertugas di sana seringkali mengawasi dan memperingatkan para pengunjung agar tidak membuang sampah dan menebang pepohonan sembarangan. Sebagai daerah konservasi selayaknya para pengunjung menjaga kelestarian dan kebersihan alam di pulau Sempu. Pengunjung jangan hanya sekadar menikmati keindahan alamnya tapi juga menjaga dan melestarikannya.













26 April 2012

"Juga Manusia"


“Kesalahan terbesar Tuhan adalah menciptakan manusia” adalah sebuah pemikiran ekstrim yang ingin menggambarkan kesalahan sebagai bagian dari manusia. Pemikiran tersebut memang tidak harus diterima bulat-bulat. Namun pemikiran tersebut juga tidak bias dibantah karena manusia tidak bisa lepas dari kesalahan, bahkan seorang nabipun pernah melakukan kesalahan.

Manusia telah menerima kesalahan adalah bagian dari kehidupan, tapi akankah semua manusia menerima kesalahan adalah bagian dari dirinya. Sebagian kesalahan diterima lapang dada, sebagian kadang dilempar ke manusia lain dan sebagian lagi dilempar ke ruang kosong yang di pintunya tertulis: Alibi.

Alibi digunakan untuk keluar dari kesalahan untuk dilupakan bahkan juga untuk mencari pembenaran. “Juga manusia” sering ditambahkan di belakang subjek yang telah melakukan kesalahan. Semacam penerimaan dan pemakluman terhadap kesalahan itu sendiri. Seolah-olah semua kesalahan berinduk kepada manusia dan terus beranak-pinak.

“Juga manusia” menjadi kalimat ampuh yang dapat membungkam tuntutan atas kesalahan. Jika awalnya kesalahan dan kebenaran adalah dua sisi mata uang bagi manusia, barangkali sekarang kesalahan dan manusia adalah dua sisi baru mata uang.

Tentu saja manusia tidak mau selalu dihubungkan dengan kesalahan saja. Kebenaran masih tetap bagian dari manusia. Manusia, kebenaran, kesalahan, kealpaan, nilai, dan perubahan adalah enam sisi dadu yang diputar waktu. Kesalahan tidak lagi dilempar sendirian ke dalam ruang kosong.

Tulisan ini tidak lepas dari kesalahan, karena saya adalah manusia sebenarnya. Kalau kamu menemukan kesalahan itu adalah karena saya manusia, begitupun kamu.

Stranger Than Fiction: Tragedi Pengarang Kisah-kisah Tragis


Pada prolog film Stranger Than Fiction (STF) mengatakan bahwa Harold Crick (HC) yang menjadi tokoh utamanya adalah seorang lelaki dengan ilmu yang tidak terbatas, kalkulasi yang tidak ada habisnya dan tidak sombong. Kegiatan yang dilakukannya sangat sistematis dan konsisten seperti menggosok gigi dengan 76 gerakan—38 ke depan-belakang, 38 ke atas-bawah-- dan selama 12 tahun setiap hari kerja HC berlari dengan rata-rata 57 langkah per blok sejauh enam blok untuk mengejar bus Kronecker 8:17 serta makan siang selama 45,7 menit dan tidur tepat pada pukul 11.13 malam, semua ini diatur oleh bunyi jam tangannya. Segala  kegiatannya yang dilakukan HC menjadikannya seakan robot yang digerakkan oleh sistem komputer.

HC dalam kenyataan diikuti oleh suara (narator) yang mengatakan hal-hal yang telah dilakukannya secara akurat dengan pilihan kata yang tepat. Suara itu selalu benar menyampaikan sesuatu tentang HC, kebiasannya, perasaanya, pikirannya, struktur kota kediamannya, hingga tentang kematiannya. Suara itu mengubah pola kehidupan HC yang telah berlangsung selama 12 tahun. Semua itu terjadi karena naluri HC yang skeptis terhadap suara tersebut. Ia mencari-cari keberadaan suara tersebut, menggugatnya, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Dalam pencariannya HC menduga ia adalah bagian dari karakter dalam sebuah cerita. Semua itu berawal dari kata-kata “dia tahu sedikit” yang diucapkan oleh suara tersebut,. Hingga HC memutuskan untuk mencari bagian-bagian cerita selanjutnya. HC dihadapkan dengan dua kemungkinan atas pencariannya yaitu: komedi dan tragedi. Seperti kutipan dari Italo Calvino “pada akhirnya semua cerita akan menujukkan dua hal yaitu; kelangsungan hidup dan kematian yang tidak dapat dihindarkan”. Dapat diasumsikan tragedi berarti kematian dan komedi berarti tetap bertahan hidup.

Selama pencarian ini HC mengalami perubahan drastis dalam hidupnya. Mimpi-mimpi purbanya kembali dihidupkan. Rutinitasnya dihancurkan dan ia mulai menyadari kalau tempatnya bekerja hanya menuntut kedisiplinan dan ketelitian tanpa mengajarkan tata krama. Dari sini terbersit pikiran tentang katalisator pada HC. Ia ingin mempercepat suatu peristiwa, setelah mengetahuinya bahkan ingin mengubahnya. Ana Pascal--pengusaha toko roti--yang menjadi clien dari kantornya adalah perempuan yang turut serta disebut oleh sang narrator. AP menjadi objek penelitian bagi HC tentang akhir dari cerita kehidupannya akan mengarah ke mana.

Ana Pascal ingin menciptakan dunia yang lebih baik dengan kue-kue yang dimasaknya setelah ia di DO dari Harvard University. Seperti HC yang mulai membuka pikiran akan kebahagiaan lain di dunia ini selain dari rutinitas pekerjaan. Kebahagian yang begitu sederhana dari sekeping kue coklat dan segelas susu hangat. Kebahagiaan yang makin lengkap setelah mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang juga menegaskan pendapat bahwa “orang-orang yang membencimu pada akhirnya akan mencintaimu”

Tentu saja filmnya tidak berakhir sampai di sini saja. HC pada akhirnya dapat menemukan sang narator. Dia adalah Karen Eiffel (KE), seorang penulis novel tragedi. Dari delapan novel yang selesai ditulisnya, semua tokoh utamanya mati. Mereka mati sebagai pahlawan, namun ceritanya akan selalu hidup. Sebelum pertemuan itu terjadi KE telah menemukan cara yang tepat untuk membunuh tokoh HC dalam novelnya. Kematian yang sangat sederhana dan tentu saja tragis.

KE sama sekali tidak menyangka bahwa tokoh HC dalam novelnya benar adanya dalam kenyataan. Deskripsi fisik, pakaian dan pekerjaan sama sekali, hingga ia merasa bahwa itu semua hanyalah sebuah lelucon. Dalam pertemuan ini HC memaksa KE untuk mengubah akhir ceritanya, agar ia masih tetap hidup. Namun takdir tokoh HC akan ditentukan oleh dua huruf yang belum selesai dituliskan “Harold Crick was de…”

Dalam STF terdapat beberapa tokoh dalam kolase lainnya seperti; perempuan kulit hitam pencari kerja, seorang bocah dengan sepeda barunya, serta seorang pengarang yang selalu mengumpulkan puntung rokoknya dengan tisu. Kolase-kolase ini pada awalnya kelihatan terpisah dan tidak bersambungan sama sekali. Sedikit pintu rahasia yang dibukakan oleh sutradaranya adalah ketika KE mencari-cari cara untuk membunuh Harold Crick. Namun, Harold Crick di sini tidak dijelaskan sebagai tokoh dalam novel atau sebagai kenyataan. Hingga kemisteriusan dari nama Harold Crick semakin tinggi. Pada bagian akhir dari ceritanya semua kolase itu diikat dalam satu scene yang sangat apik. HC tertabrak oleh bus ketika berusaha menyelamatkan bocah yang terjatuh dari sepedanya.



***


Pengarang mati berkali-kali dalam karyanya, barangkali kalimat itu dapat diartikan secara harfiah untuk KE yang melakukan riset untuk membunuh tokoh HC dalam novelnya, ia mencoba membayangkan HC mati karena melompat dari gedung,. Ia rasakan pula kehujanan dekat jembatan ketika mobilnya terjun ke sungai karena menghindari bocah bersepeda. Membayangkan HC mati karena pneumonia, atau mati tertempak geng bersenjata. Riset KE yang paling menarik adalah ketika ia mengunjungi rumah sakit untuk melihat keadaan orang-orang yang sekarat, hingga ia dianggap sebagai orang gila. Semua itu dilakukannya untuk mendapatkan rangsangan visual untuk menulis ceritanya.  

            KE penulis novel-novel tragedi, telah menerbitkan delapan novel yang semua tokoh utamanya mati. Harold Crick menjadi tokoh utama dalam novel terakhirnya yang bertema interkonektivitas fashion. HC tidak bisa lepas dari jam tangannya yang telah mengontrol hidupya selama 12 tahun. KE telah melakukan berbagai riset namun belum juga menemukan cara yang tepat untuk membunuh HC.

            Inspirasi dapat datang dengan tiba-tiba tanpa aba-aba. Seperti ia menemukan cara untuk membunuh HC ketika keluar dari toko melihat apel yang berjatuhan dari onggokannya lalu berguling ke jalan raya. Membunuh seorang tokoh dalam cerita kadang dapat dilakukan dengan sederhana. Barangkali hal ini dapat digunakan untuk sebaliknya, ketika pengarang ingin menghidupkan seorang tokoh dalam ceritanya.


            Cerita yang beraliran tragedi selalu diidentikan dengan kematian tokoh utamanya. Pengarang selalu merdeka dalam membunuh tokoh dalam ceritanya. Namun ketika kematian dalam cerita/fiksi dihadapkan dengan kematian dalam kenyataan akan menghadirkan benturan dan dilema. Dalam fiksi kematian dibuat seolah-olah nyata, sedangkan dalam kenyataan kematian diinginkan seolah-olah fiksi. Sifat alami dari sebuah cerita tragedi adalah kematian tokoh utamanya namun ceritanya tetap berlanjut.

            STF mencoba untuk mengubah mainstream seperti itu. Tragedi tidak harus berakhir dengan kematian. Tokoh utama HC pada akhirnya terselamatkan oleh pecahan jam tangannyayang mencegah pendarahan di pembulu nadinya. Walau Prof. Hilbert menyatakan jika HC mati maka novelnya KE itu akan menajdi masterpiece dalam karyanya. Namun pendapat KE dapat membantahnya. Tokoh yang tahu dia akan mati dan dia menerima kematiannya, lalu dia mencoba untuk menggagalkan, adalah tokoh yang pantas untuk selalu dihidupkan. Cerita-cerita baru akan mengalir.

7 April 2012

Hal Baru


Hal baru dan kebiasaan baru seperti menantang kita dalam kehidupan, walau kadang tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Zona nyaman masih mengurung kita. Langkah terasa berat diayunkan. Selajutnya ketakutan mulai melangkah perlahan datang. Perangkap zona nyaman seperti menjebak kita dalam keadaan stagnan.

Hal baru dapat juga disebut relatif. Karena hal baru bagi diri kita dapat saja menjadi hal yang telah usang bagi orang lain. Untuk kali ini kita abaikan dulu hal baru tersebut bagi orang lain. Pergantian hari adalah suatu hakikat hal baru yang terjadi. Dengan nama yang sama, tentu Senin hari ini akan berbeda dengan Senin minggu depan, bagi kita atau orang lain, dengan segala kejadian di dalamnya.

Hal baru bagi saya semacam jalan yang harus terus dilalui. Saya tidak mengganggap hal baru selalu berhubungan dengan hal-hal besar dan berdampak masif terhadap lingkungan. Hal sepele seperti mainan anak-anak dapat menjadi hal baru dan menarik. Ketika mengunjungi pameran buku beberapa waktu yang lalu, saya tertarik dengan sebatang seruling bambu. Seruling bambu yang mengelurkan nada seperti kicau burung walau kapasitas tekanan udara yang diberikan sama.

Seruling itu memikat saya untuk masuk ke dalam stand yang menjual mainan anak-anak. Pengunjung stand itu rata-rata orang tua yang membawa anak masing-masing. Rasa ingin tahu mendorong saya mengamati seruling tersebut dan mengabaikan pikiran-pikiran liar yang mengatakan saya tidak pantas masuk dalam stand ini. Akhirnya saya tahu bahwa dalam tabung seruling itu terdapat sekat yang bisa ditarik-dorong hingga dapat mengeluarkan nada seperti kicauan burung.

Untuk mencoba hal baru tidak semudah membalik halaman buku. Gamang adalah alasan yang mempersulitnya. Lalu rasa takut salah akan melenyapkan keinginan mencobanya. Seorang teman saya di kost, tidak pernah mengubah tatanan kamarnya selama enam bulan. Alasannya “Ini sudah posisi terbaik dan terasa lapang” atau “Nanti akan jadi terasa lebih sempit kalau diubah lagi”. Ketika dia mengubah posisi kamarnya setelah dikritik banyak orang, ia lalu berkata “Ternyata posisi baru ini membuat kamarnya terasa lebih lapang”

Menurut saya wajar saja teman di atas berprasangka kamarnya akan terasa lebih sempit dengan tatanan baru. Hal-hal baru dapat saja menjadi semacam pertaruhan. Di mana kita akan mengalami ‘menang’ atau ‘kalah’. Seandainya benar, ketika tatanan baru kamar teman tadi membuat terasa lebih sempit, artinya kita kalah dalam pertaruhan. Namun, sungguh tidak ada yang harus disesali. Kalah dalam pertaruhan atau salah dalam memustuskan adalah hal baru yang akan merujuk kita ke hal baru yang lain, yang lebih baik dengan kemungkinan kita akan ‘menang’ dalam pertaruhan selanjutnya. Bagi saya ketika dalam perjalanan tidak mencoba hal-hal baru, penyesalan membuat saya dapat terlambat tidur. Karena itu salah satu kebahagiaan dalam hidup adalah dapat merasakan hal-hal baru di dalamnya.

Musim Tanam #2



Dalam kamar ini sawah terbentang sejak tadi malam
Padinya menunggu disiangi dan disisipi oleh jemari
Menangisi engkau yang terlalu lama di kamar mandi
Membersihkan sisa-sisa lumpur dari tangan dan kaki
Seakan padi ingin menyambut engkau sebagai petani
Yang tidak berpijak pada bumi

Sebelum pagi kau bertanam juga tanpa cahaya
Dalam kamar ini jemarimu mulai meraba-raba
Kau ingat kembali mantra  yang pernah dibaca
Pada awal musim tanam tiba

Kamar ini telah dipenuhi cahaya matahari
Jajar padi kau lihat bagai geligi tajam
Yang siap mencabik tubuhmu siang itu
Kau mulai mengutuk mata dan cahaya
Lalu keinginan menjadi buta melesat
Ke dalam akar-akar padimu
Yang mulai berkarib dengan lumpur


Semarang, 2012