Dalam
meyampaikan sesuatu kadang tidak cukup rasanya hanya dengan menggunakan
kalimat-kalimat biasa. Metafora sering
melengkapi rasa ketidak-cukupan itu. Menurut KBBI metafora adalah pemakaian
kata atau kelompok kata bukan dengan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan
yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Ada sensasi lain ketika kita
melukiskan atau menyamakan sesuatu hal dengan hal lain. Ada imajinasi yang mengalir
dari setiap kata-kata yang digunakan. Metafora digunakan untuk menyampaikan
maksud tentang bentuk, rasa, bunyi, sifat dan lainnya.
Metafora
masuk tiba-tiba ke dalam tulisan untuk memperjelas atau menyamarkan tanpa
disadari. Metafora dapat membuat tulisan terasa lebih padat dan menarik namun
tidak berarti hanya karena metafora tulisan itu jadi menarik. Banyak juga
tulisan menarik dengan penyampaian yang sederhana.
Ketika
ingin memetaforakan bibir ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, seperti
bentuk, rasa, dan sifat. Sebagai bentuk dapat saja kita menuliskan Bibirmu seperti dua ulas jeruk yang
menggodaku mencicipinya. Dua ulas jeruk seperti yang sering kita temui.
Basah, padat di bagian depan, dan melancip ke ujungnya. Barangkali hanya itu
yang dapat kita bayangkan dari bentuk dua ulas jeruk.
Ketika
dituliskan Bibirmu seperti angkot yang
kutemui di setiap kota. Dalam bagian ini tentu masalah bentuk akan kita
lupakan karena keduanya sungguh tidak saling menyerupai. Kita mencoba
menyama-nyamakan dengan hal lain seperti rasa, sifat, dan bunyi. Angkot yang
tepat mengantar dan menyasarkan penumpang dari tujuannya, angkot yang berisik
dengan klakson yang sering memekik-mekik, angkot yang kencang melaju lalu
berhenti mendadak. Dengan rasa, sifat, dan bunyi itu imajinasi dituntut lebih
bertualang.
Berjelas-jelas
atau bergelap-gelap dengan metafora dapat saja membuat tulisan terasa hambar
atau bombastis. Karena itu dituntut juga lebih cerdas dalam memetaforakan
sesuatu. Tidaklah diwajibkan juga menggunakan metafora dalam sebuah tulisan
karena ini menyangkut masalah selera. Maka jalani saja jalan yang dapat membuat
nyaman dalam menulis.
2012
Benar sekali. Dibutuhkan kecerdasan dalam menggunakan metafora dalam tulisan, apapun bentuk tulisannya, baik cerpen maupun puisi. Fenomena yang saya perhatikan saat ini, para penyair pemula sering menggunakan kata-kata bombastis dalam puisinya, atau terkadang perbandingannya itu ingin "dikabur-kaburkan", tapi malah membuat puisi itu jadi aneh dan memang sangat "kabur" dari maksud awalnya. Saya ingat nasihat Bang Hary B. Kori'un untuk para penulis pemula seperti kita, sebaiknya pemilihan kata-kata itu tidak terlalu berlebihan karena para pemula pada umumnya mereka sendiri belum mengetahui apa maksudnya dengan kata-kata bombastis yang mereka gunakan itu, dan hal itu adalah keadaan yang sangat lucu. Karena itu, jika "pondasi" kita belum mantap, gunakanlah bahasa yang biasa-biasa saja. Nanti seiring dengan waktu dan "jam terbang", kita akan bisa menulis seperti seorang Marhalim Zaini menulis (meski tentunya bukan mencontek dan takkan bisa persis sama).
BalasHapusTambahan yang bagus dan saya setuju dengan tanggapan tersebut.
BalasHapus