26 April 2012

"Juga Manusia"


“Kesalahan terbesar Tuhan adalah menciptakan manusia” adalah sebuah pemikiran ekstrim yang ingin menggambarkan kesalahan sebagai bagian dari manusia. Pemikiran tersebut memang tidak harus diterima bulat-bulat. Namun pemikiran tersebut juga tidak bias dibantah karena manusia tidak bisa lepas dari kesalahan, bahkan seorang nabipun pernah melakukan kesalahan.

Manusia telah menerima kesalahan adalah bagian dari kehidupan, tapi akankah semua manusia menerima kesalahan adalah bagian dari dirinya. Sebagian kesalahan diterima lapang dada, sebagian kadang dilempar ke manusia lain dan sebagian lagi dilempar ke ruang kosong yang di pintunya tertulis: Alibi.

Alibi digunakan untuk keluar dari kesalahan untuk dilupakan bahkan juga untuk mencari pembenaran. “Juga manusia” sering ditambahkan di belakang subjek yang telah melakukan kesalahan. Semacam penerimaan dan pemakluman terhadap kesalahan itu sendiri. Seolah-olah semua kesalahan berinduk kepada manusia dan terus beranak-pinak.

“Juga manusia” menjadi kalimat ampuh yang dapat membungkam tuntutan atas kesalahan. Jika awalnya kesalahan dan kebenaran adalah dua sisi mata uang bagi manusia, barangkali sekarang kesalahan dan manusia adalah dua sisi baru mata uang.

Tentu saja manusia tidak mau selalu dihubungkan dengan kesalahan saja. Kebenaran masih tetap bagian dari manusia. Manusia, kebenaran, kesalahan, kealpaan, nilai, dan perubahan adalah enam sisi dadu yang diputar waktu. Kesalahan tidak lagi dilempar sendirian ke dalam ruang kosong.

Tulisan ini tidak lepas dari kesalahan, karena saya adalah manusia sebenarnya. Kalau kamu menemukan kesalahan itu adalah karena saya manusia, begitupun kamu.

Stranger Than Fiction: Tragedi Pengarang Kisah-kisah Tragis


Pada prolog film Stranger Than Fiction (STF) mengatakan bahwa Harold Crick (HC) yang menjadi tokoh utamanya adalah seorang lelaki dengan ilmu yang tidak terbatas, kalkulasi yang tidak ada habisnya dan tidak sombong. Kegiatan yang dilakukannya sangat sistematis dan konsisten seperti menggosok gigi dengan 76 gerakan—38 ke depan-belakang, 38 ke atas-bawah-- dan selama 12 tahun setiap hari kerja HC berlari dengan rata-rata 57 langkah per blok sejauh enam blok untuk mengejar bus Kronecker 8:17 serta makan siang selama 45,7 menit dan tidur tepat pada pukul 11.13 malam, semua ini diatur oleh bunyi jam tangannya. Segala  kegiatannya yang dilakukan HC menjadikannya seakan robot yang digerakkan oleh sistem komputer.

HC dalam kenyataan diikuti oleh suara (narator) yang mengatakan hal-hal yang telah dilakukannya secara akurat dengan pilihan kata yang tepat. Suara itu selalu benar menyampaikan sesuatu tentang HC, kebiasannya, perasaanya, pikirannya, struktur kota kediamannya, hingga tentang kematiannya. Suara itu mengubah pola kehidupan HC yang telah berlangsung selama 12 tahun. Semua itu terjadi karena naluri HC yang skeptis terhadap suara tersebut. Ia mencari-cari keberadaan suara tersebut, menggugatnya, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Dalam pencariannya HC menduga ia adalah bagian dari karakter dalam sebuah cerita. Semua itu berawal dari kata-kata “dia tahu sedikit” yang diucapkan oleh suara tersebut,. Hingga HC memutuskan untuk mencari bagian-bagian cerita selanjutnya. HC dihadapkan dengan dua kemungkinan atas pencariannya yaitu: komedi dan tragedi. Seperti kutipan dari Italo Calvino “pada akhirnya semua cerita akan menujukkan dua hal yaitu; kelangsungan hidup dan kematian yang tidak dapat dihindarkan”. Dapat diasumsikan tragedi berarti kematian dan komedi berarti tetap bertahan hidup.

Selama pencarian ini HC mengalami perubahan drastis dalam hidupnya. Mimpi-mimpi purbanya kembali dihidupkan. Rutinitasnya dihancurkan dan ia mulai menyadari kalau tempatnya bekerja hanya menuntut kedisiplinan dan ketelitian tanpa mengajarkan tata krama. Dari sini terbersit pikiran tentang katalisator pada HC. Ia ingin mempercepat suatu peristiwa, setelah mengetahuinya bahkan ingin mengubahnya. Ana Pascal--pengusaha toko roti--yang menjadi clien dari kantornya adalah perempuan yang turut serta disebut oleh sang narrator. AP menjadi objek penelitian bagi HC tentang akhir dari cerita kehidupannya akan mengarah ke mana.

Ana Pascal ingin menciptakan dunia yang lebih baik dengan kue-kue yang dimasaknya setelah ia di DO dari Harvard University. Seperti HC yang mulai membuka pikiran akan kebahagiaan lain di dunia ini selain dari rutinitas pekerjaan. Kebahagian yang begitu sederhana dari sekeping kue coklat dan segelas susu hangat. Kebahagiaan yang makin lengkap setelah mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang juga menegaskan pendapat bahwa “orang-orang yang membencimu pada akhirnya akan mencintaimu”

Tentu saja filmnya tidak berakhir sampai di sini saja. HC pada akhirnya dapat menemukan sang narator. Dia adalah Karen Eiffel (KE), seorang penulis novel tragedi. Dari delapan novel yang selesai ditulisnya, semua tokoh utamanya mati. Mereka mati sebagai pahlawan, namun ceritanya akan selalu hidup. Sebelum pertemuan itu terjadi KE telah menemukan cara yang tepat untuk membunuh tokoh HC dalam novelnya. Kematian yang sangat sederhana dan tentu saja tragis.

KE sama sekali tidak menyangka bahwa tokoh HC dalam novelnya benar adanya dalam kenyataan. Deskripsi fisik, pakaian dan pekerjaan sama sekali, hingga ia merasa bahwa itu semua hanyalah sebuah lelucon. Dalam pertemuan ini HC memaksa KE untuk mengubah akhir ceritanya, agar ia masih tetap hidup. Namun takdir tokoh HC akan ditentukan oleh dua huruf yang belum selesai dituliskan “Harold Crick was de…”

Dalam STF terdapat beberapa tokoh dalam kolase lainnya seperti; perempuan kulit hitam pencari kerja, seorang bocah dengan sepeda barunya, serta seorang pengarang yang selalu mengumpulkan puntung rokoknya dengan tisu. Kolase-kolase ini pada awalnya kelihatan terpisah dan tidak bersambungan sama sekali. Sedikit pintu rahasia yang dibukakan oleh sutradaranya adalah ketika KE mencari-cari cara untuk membunuh Harold Crick. Namun, Harold Crick di sini tidak dijelaskan sebagai tokoh dalam novel atau sebagai kenyataan. Hingga kemisteriusan dari nama Harold Crick semakin tinggi. Pada bagian akhir dari ceritanya semua kolase itu diikat dalam satu scene yang sangat apik. HC tertabrak oleh bus ketika berusaha menyelamatkan bocah yang terjatuh dari sepedanya.



***


Pengarang mati berkali-kali dalam karyanya, barangkali kalimat itu dapat diartikan secara harfiah untuk KE yang melakukan riset untuk membunuh tokoh HC dalam novelnya, ia mencoba membayangkan HC mati karena melompat dari gedung,. Ia rasakan pula kehujanan dekat jembatan ketika mobilnya terjun ke sungai karena menghindari bocah bersepeda. Membayangkan HC mati karena pneumonia, atau mati tertempak geng bersenjata. Riset KE yang paling menarik adalah ketika ia mengunjungi rumah sakit untuk melihat keadaan orang-orang yang sekarat, hingga ia dianggap sebagai orang gila. Semua itu dilakukannya untuk mendapatkan rangsangan visual untuk menulis ceritanya.  

            KE penulis novel-novel tragedi, telah menerbitkan delapan novel yang semua tokoh utamanya mati. Harold Crick menjadi tokoh utama dalam novel terakhirnya yang bertema interkonektivitas fashion. HC tidak bisa lepas dari jam tangannya yang telah mengontrol hidupya selama 12 tahun. KE telah melakukan berbagai riset namun belum juga menemukan cara yang tepat untuk membunuh HC.

            Inspirasi dapat datang dengan tiba-tiba tanpa aba-aba. Seperti ia menemukan cara untuk membunuh HC ketika keluar dari toko melihat apel yang berjatuhan dari onggokannya lalu berguling ke jalan raya. Membunuh seorang tokoh dalam cerita kadang dapat dilakukan dengan sederhana. Barangkali hal ini dapat digunakan untuk sebaliknya, ketika pengarang ingin menghidupkan seorang tokoh dalam ceritanya.


            Cerita yang beraliran tragedi selalu diidentikan dengan kematian tokoh utamanya. Pengarang selalu merdeka dalam membunuh tokoh dalam ceritanya. Namun ketika kematian dalam cerita/fiksi dihadapkan dengan kematian dalam kenyataan akan menghadirkan benturan dan dilema. Dalam fiksi kematian dibuat seolah-olah nyata, sedangkan dalam kenyataan kematian diinginkan seolah-olah fiksi. Sifat alami dari sebuah cerita tragedi adalah kematian tokoh utamanya namun ceritanya tetap berlanjut.

            STF mencoba untuk mengubah mainstream seperti itu. Tragedi tidak harus berakhir dengan kematian. Tokoh utama HC pada akhirnya terselamatkan oleh pecahan jam tangannyayang mencegah pendarahan di pembulu nadinya. Walau Prof. Hilbert menyatakan jika HC mati maka novelnya KE itu akan menajdi masterpiece dalam karyanya. Namun pendapat KE dapat membantahnya. Tokoh yang tahu dia akan mati dan dia menerima kematiannya, lalu dia mencoba untuk menggagalkan, adalah tokoh yang pantas untuk selalu dihidupkan. Cerita-cerita baru akan mengalir.

7 April 2012

Hal Baru


Hal baru dan kebiasaan baru seperti menantang kita dalam kehidupan, walau kadang tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Zona nyaman masih mengurung kita. Langkah terasa berat diayunkan. Selajutnya ketakutan mulai melangkah perlahan datang. Perangkap zona nyaman seperti menjebak kita dalam keadaan stagnan.

Hal baru dapat juga disebut relatif. Karena hal baru bagi diri kita dapat saja menjadi hal yang telah usang bagi orang lain. Untuk kali ini kita abaikan dulu hal baru tersebut bagi orang lain. Pergantian hari adalah suatu hakikat hal baru yang terjadi. Dengan nama yang sama, tentu Senin hari ini akan berbeda dengan Senin minggu depan, bagi kita atau orang lain, dengan segala kejadian di dalamnya.

Hal baru bagi saya semacam jalan yang harus terus dilalui. Saya tidak mengganggap hal baru selalu berhubungan dengan hal-hal besar dan berdampak masif terhadap lingkungan. Hal sepele seperti mainan anak-anak dapat menjadi hal baru dan menarik. Ketika mengunjungi pameran buku beberapa waktu yang lalu, saya tertarik dengan sebatang seruling bambu. Seruling bambu yang mengelurkan nada seperti kicau burung walau kapasitas tekanan udara yang diberikan sama.

Seruling itu memikat saya untuk masuk ke dalam stand yang menjual mainan anak-anak. Pengunjung stand itu rata-rata orang tua yang membawa anak masing-masing. Rasa ingin tahu mendorong saya mengamati seruling tersebut dan mengabaikan pikiran-pikiran liar yang mengatakan saya tidak pantas masuk dalam stand ini. Akhirnya saya tahu bahwa dalam tabung seruling itu terdapat sekat yang bisa ditarik-dorong hingga dapat mengeluarkan nada seperti kicauan burung.

Untuk mencoba hal baru tidak semudah membalik halaman buku. Gamang adalah alasan yang mempersulitnya. Lalu rasa takut salah akan melenyapkan keinginan mencobanya. Seorang teman saya di kost, tidak pernah mengubah tatanan kamarnya selama enam bulan. Alasannya “Ini sudah posisi terbaik dan terasa lapang” atau “Nanti akan jadi terasa lebih sempit kalau diubah lagi”. Ketika dia mengubah posisi kamarnya setelah dikritik banyak orang, ia lalu berkata “Ternyata posisi baru ini membuat kamarnya terasa lebih lapang”

Menurut saya wajar saja teman di atas berprasangka kamarnya akan terasa lebih sempit dengan tatanan baru. Hal-hal baru dapat saja menjadi semacam pertaruhan. Di mana kita akan mengalami ‘menang’ atau ‘kalah’. Seandainya benar, ketika tatanan baru kamar teman tadi membuat terasa lebih sempit, artinya kita kalah dalam pertaruhan. Namun, sungguh tidak ada yang harus disesali. Kalah dalam pertaruhan atau salah dalam memustuskan adalah hal baru yang akan merujuk kita ke hal baru yang lain, yang lebih baik dengan kemungkinan kita akan ‘menang’ dalam pertaruhan selanjutnya. Bagi saya ketika dalam perjalanan tidak mencoba hal-hal baru, penyesalan membuat saya dapat terlambat tidur. Karena itu salah satu kebahagiaan dalam hidup adalah dapat merasakan hal-hal baru di dalamnya.

Musim Tanam #2



Dalam kamar ini sawah terbentang sejak tadi malam
Padinya menunggu disiangi dan disisipi oleh jemari
Menangisi engkau yang terlalu lama di kamar mandi
Membersihkan sisa-sisa lumpur dari tangan dan kaki
Seakan padi ingin menyambut engkau sebagai petani
Yang tidak berpijak pada bumi

Sebelum pagi kau bertanam juga tanpa cahaya
Dalam kamar ini jemarimu mulai meraba-raba
Kau ingat kembali mantra  yang pernah dibaca
Pada awal musim tanam tiba

Kamar ini telah dipenuhi cahaya matahari
Jajar padi kau lihat bagai geligi tajam
Yang siap mencabik tubuhmu siang itu
Kau mulai mengutuk mata dan cahaya
Lalu keinginan menjadi buta melesat
Ke dalam akar-akar padimu
Yang mulai berkarib dengan lumpur


Semarang, 2012