Selama
tahun 2013 yang telah berakhir beberapa hari yang lalu saya hanya memposting
dua tulisan saja di blog ini. Aduh, karena memang hanya dua tulisan itu yang
selesai saya tulis. Selebihnya tulisan-tulisan setengah matang yang mengendap di
laptop dan hal-hal yang tidak sempat dituliskan hinga terlupakan begitu saja.
Sekarang saya akan tuntaskan tulisan ini dengan hal-hal yang masih melekat
di ingatan dan hal-hal yang tidak ingin saya lupakan.
Awal
2013 saya menulis tentang kejadian-kejadian pada tahun sebelumnya dan ingin
juga saya menuliskan kejadian-kejadian pada 2013 pada awal tahun ini. Sekadar
mengingat, sekadar mengabadikan kejadian, seperti kata Pram “menulis adalah
pekerjaan untuk keabadian”. Masih lekat
di ingatan saya masa pengangguran saya berakhir setelah menempuh perjalanan
Semarang-Yogyakarta-Semarang-Yogyakarta-Semarang-Yogyakarta dalam satu minggu
dengan sepeda motor untuk menjalani tes pekerjaan di suatu perusahaan konsultan
pendidikan. Manisnya mendapat pekerjaan baru sedikit terusik ketika batuk saya
mengeluarkan darah pada awal bulan Februari.
Februari
saya hijrah ke Jakarta dengan menaiki travel dari Semarang-Jakarta. Selama
perjalanan, saya muntah setelah satu jam pertama di dalam mobil sampai tiba di
Jakarta. Saya mengingat malam sebelumnya saya makan mie yg sangat pedas dan minum
kopi manis yang dibuat oleh koki si kelapir Arif Fitra dalam pelepasan dengan teman-teman Lacikata. Adakalanya hidup lebih pedas dari yang kita kira seperti pedasnya paprika melebihi cabe merah. Mengira keracunan atau mabuk
perjalanan biasa, ternyata usus buntu saya sudah kronis dan harus operasi
secepat mungkin. Dan sayapun dioperasi
di RS Fatmawati Jakarta Selatan dengan harus melunasi total semua biaya operasi
sebelum operasi dilakukan.
Jakarta
adalah kota yang paling saya hindari untuk bekerja. Kemacetan, panas, tingginya
tingkat kriminal, dan lebih mahalnya harga makanan terasa sangat berat untuk
dijalani. Beruntunglah proses adaptasi saya tidak terlalu lama untuk menikmati
tinggal di kota peringkat ke 4 dunia dalam hal kepadatan penduduk. Dua bulan
pertama di Jakarta diisi dengan perjalanan mengelilingi bagian selatan
Jakarta dari satu SMA ke SMA lain dengan kondisi baru selesai operasi dan harus
menjalani masa penyembuhan minimal satu bulan.
Saya menyadari, ketika lingkungan tidak memberikan banyak keringanan,
maka kau telah dibaptis untuk menjadi seorang yang tangguh.
Setelah
dua bulan di Jakarta, saya kembali ke Yogyakarta untuk menjalani training di
kantor pusat perusahaan. Menikmati satu setengah bulan dengan mendapatkan
bermacam ilmu tentang kehidupan dan pekerjaan serta mengunjungi candi Brobudur
dan Prambanan yang selama ini belum sempat dikunjungi walaupun dua tahun telah
tinggal di Semarang. Jalan-jalan ke pantai Indrayati sambil melepas kecemburuan
kepada adik saya yang sudah duluan ke sana. Selain itu juga mampir sejenak ke
Solo dan Semarang.
Pertengahan
Mei kembali ke Jakarta dengan semangat baru dan tanggung jawab baru dari
perusahaan. Ketika Mei hampir berakhir saya bertemu dengan teman lama setelah
dua tahun tidak pernah bertemu. Pertemuan yang tidak terencana dan berhasil
menciptakan pertemuan-pertemuan terencana selanjutnya. Juni mengalir dengan
kesibukan dan perasaan suka yang baru tumbuh terhadap Jakarta.
Juli
adalah bulan kelahiran saya yang tidak dirayakan seperti biasanya. Tanggal 7
Juli dada saya berdetak lebih kencang di
Warung Pasta, Kemang, Jakarta Selatan. Seminggu telah lewat dari hari ulang
tahun dan masih tanpa kado istimewa. Video ini berkali-kali saya lihat pada
bulan Juli dan menciptakan kesan yang ispiratif pada awalnya lalu menjadi
semacam de javu. Mungkin video itu kurang anda pahami mengapa ada di tulisan ini,
tapi paling tidak ada satu orang selain saya yang tahu alasannya.
Agustus
menjalani hari-hari dengan keceriaan baru dan praduga-praduga yang telah
dijinakkan. Menghabiskan malam takbiran dengan keliling Jakarta dan terjebak
kepadatan arus lalu lintas mulai di Bundaran HI sampai Kota Tua. Lebaran menciptakan kesempatan untuk pulang kampung walau sholat Ied masih
tetap di Jakarta. Menikmati suasana kampung selama satu minggu, dan ternyata
tidak banyak yang berubah. Kehabisan tiket pesawat Padang-Jakarta pada waktu
yang direncanakan untuk balik, hingga ke Jakarta dari Pekanbaru. Perjalanan
selalu menyimpan rahasia, sehari di Pekanbaru ternyata mendapatkan kesempatan
untuk bertemu semua teman lama dari As-Shofa ketika halal bil halal di rumah salah
seorang teman.
Kesibukan
mengalir selama September, menghujat sedikitnya kesempatan untuk bertemu dengan
teman-teman dan keluarga, atau menghubungi teman-teman lama yang tinggal beda
kota. Kesempatan yang sebenarnya selalu tersedia, kurang gigih dalam
menciptakannya maka kesempatan itu terasa hilang. Beruntunglah mereka yang
lebih awal mengetahuinya. Kesibukan akhirnya menumbuhkan semangat untuk membuka
usaha sendiri. Berusaha sendiri seperti direncanakan akan mulai tahun ini.
Akhir September tepatnya malam tanggal 29 saya membaca pesan dari seseorang
yang membuat saya terdiam sejenak dan bingung untuk membalasnya. Isi pesannya
cukuplah saya dan pengirimnya yang tahu.
Awal
Oktober, tengah malam tanggal 4 saya buru-buru ke RS Persahabatan, darah yang cukup
banyak keluar dari mulut dan hidung. Untuk pertama kalinya menginap di rumah
sakit sejak tahun 2008. Dua malam merasakan dinginnya kamar isolasi di pojok
bangunan. Merasa beruntung pada malam kedua ditemani seseorang yang membuat
perasaan jadi hangat dan kecemasan jadi hilang. Terima kasih, kamu pasti membaca tulisan ini. Pertengahan Oktober
sempat mengunjungi Lampung beberapa hari, dan menikmati udara segar pagi hari
di selat Sunda.
Menghabiskan
banyak waktu dengan menyelinap antara selimut dan kasur begitulah awal November
dilalui. Hello Fest terabaikan begitu saja, walaupun dari awal sudah
direncanakan untuk datang. Air putih yang awalnya terasa pahit perlahan mulai
terasa tawar. Pertama kalinya selama menonton film di bioskop saya menonton
film komedi horor yang bisa dikatakan jelek. Menonton Taman Lawang karena tidak
ada pilihan lain yang lebih menarik sesampainya di bioskop. Sebuah kesimpulan
yang saya ambil adalah, keinginan hantu dalam film horor Indonesia tidak jelas.
Mereka menampakan diri tiba-tiba tanpa jelas latar belakangnya. Pada November
saya juga melakukan tes mesin kecerdasan ala STIFIn, hasilnya Intuiting
Introvert. Penjelasan sederhananya adalah jenis kepribadian yang berbasiskan
kecerdasan indera keenam (intuisi) yang proses kerjanya dikemudikan dari dalam
dirinya menuju ke luar dirinya.
Semalaman
terjebak di dalam mini market bersama si Irviene karena hujan di awal Desember. Masih lekat
diingatan hangatnya percakapan mengalahkan dingin karena rintik hujan di luar
sambil menyaksikan pertandingan Real Madrid. Percakapan itu bagai sebuah
kemenangan dalam sebuah pertandingan panjang selama enam bulan sebelumnya,
seperti skor 4-0 untuk Real Madrid pada akhir pertandingan. Sukacita menyambut
Natal dan hari liburnya bertukar menjadi dukacita. Dinihari tanggal 24 kakak
sepupu saya meninggal dunia. Setengah hari menunggu keberangkatan pesawat
sambil mengerjakan laporan tahunan. Libur Natal habis dengan perjumpaan dan
pelepasan.
Saya
tidak begitu antusias dalam merayakan
penyambutan tahun baru yang masih itu-itu saja—kembang api, terompet, kerumunan
orang, dan bakar-bakaran—seperti sebelumnya. Hanya merencanakan untuk naik ke
lantai dua dan menyaksikan percikan kembang api dari sana, sama seperti tahun
sebelumnya. Menikmati orange juice di sebuah cafe dengan landskap ketimpangan
pembangunan di Jakarta menutup sore terakhir tahun 2013. Malam
terakhirnya dimulai dengan menikmati pameran fotografi di Mall Kota Kasablanka
lalu menonton 47 Ronin, film action yang dibintangi Keanu Reeves seakan telah
menjadi pelepasan yang manis untuk tahun 2013.
Satu
setengah jam sebelum tahun berganti, rencana untuk merayakan penyambutan tahun
baru masih belum muncul. Hanya karena iseng kami menyempatkan diri mampir ke
Comic Cafe di Tebet dan memilih duduk di roof top. Tahun 2014 semakin mendekat,
langit berkilatan oleh percikan kembang api, gelegar bersahutan dan asap mulai
mengungkung. Seolah menjadi sebuah perayaan atas keadaan, saya menikmati
pergantian tahun di tempat, pada waktu, dan dengan orang tepat. Selamat datang
tahun 2014.
Tulisan
ini lebih panjang daripada tulisan saya tentang kejadian pada tahun sebelumnya.
Kejadian setiap bulan tersimpan dengan baik oleh penyimpan pesan WhatsApp,
media komunikasi saya dengan seorang teman bercerita setiap hari. Tulisan ini seperti
media penyimpanan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup saya selama satu
tahun. Memang masih ada hal lain yang belum saya tuliskan seperti, kegemaran
saya makan lele beberapa bulan terakhir, padahal lele termasuk salah satu
makanan yang tidak begitu saya sukai dulunya. Pada 2013 saya lebih sering masuk
mall dan nonton bioskop, lebih jarang nonton bola, dan benar-benar hampir
bersih dari rokok dan alkohol. Saya mengubah kebiasaan dan kebiasaan mengubah
diri saya. Selain itu salah satu resolusi awal tahun dulunya sudah tercapai,
yaitu bisa nyetir mobil.
Pertukaran
tahun dari satu sisi adalah bertambahnya umur, semakin berkurang sisa hidup dan
semakin dekat dengan kematian. Dari sisi lain adalah semakin dekat dengan jodoh
dan pernikahan. Saya akan menikah, seperti yang telah dilakukan oleh sebagian
besar teman-teman seangkatan saya. Tulisan ini tidak akan membahas tentang masa
depan. Jika kalian ingin membaca tentang pernikahan, saya akan tulisan pada
awal tahun-tahun berikutnya. Untuk lebih afdol menyambut tahun 2014 dengan
membuat resolusi yang akan dijalani, maka resolusi saya untuk tahun ini adalah
menambah berat badan dan mengurasi rasa malas. Tabik.