selama mata terpejam kau coba menyembunyikan tubuh dari tatapan matahari
keheningan menetas dari peluh yang menetes. pohon nangka menggetahi sunyi
mungkin jarak terlalu abstrak atau sembunyi terlalu rapi bagi mata yang perjaka
di tiang-tiang rumah gadang terngiang tawa yang hilang sebelum mengaji petang
di mana tongkat rotan tak segan melayang ke tangan gadis ke kaki bujang
tapak masih belum meninggalkan jejak di bawah pohon nangka
dada ke atas atau sekeping tubuh akan diadu dengan kencang lari
menjemput kenangan di tonggak yang menggigil di tinggalkan
kau yang mengaku penyair datang membawa hangat dalam segantang kata
bagai penari telanjang memilin-milinkan tubuhnya di tiang besi klub malam
ingin menggagalkan dingin menggigilkan tonggak di depan rumah gadang
yang menjelma jadi pohon nangka. sunyi dilepas dan digetahi berkali-kali
semarang, 2011