17 Februari 2012

Hari Ini Belajar, Besok Mengajar, Lusa Belajar


Siang itu saya berdiri di hadapan dua puluh lima orang siswa-siswi kelas XI Madrasah Aliyah Hasyim  A’syari kecamatan Welahan, Jepara, dalam rangka memberikan lokakarya pembuatan zine. Saya mendapat bagian materi penyampaian konten dan laporan jurnalistik dalam zine. Mengenai sejarah dan praktek pembuatannya disampaikan oleh @Adin sebelum dan sesudahnya.

Pada awal saya memasuki kelas, terdengar bisk-bisik dari belakang tentang baju yang saya pakai. Waktu itu saya memakai baju Semen Padang FC, kebetulan Minggu nanti Semen Padang akan bertandang ke kandang Persijap Jepara. Kejadian ini saya jadikan langkah awal untuk memulai perbincangan dengan mereka. Setelah dipaparkan materi tentang konten dan laporan jurnalistik, para siswa mulai membuat zine sesuai selera dan kemampuan mereka. Adin dan saya menekankan kepada mereka untuk menikmati kebebasan dalam berkarya dan mengeskplorasi kreatifitas mereka seliar mungkin. Dikatakan Adin kepada mereka, “Saat umur kalian ‘segini’ adalah saat imajinasi kalian liar dan berapi-api”.

Selama satu jam bekerja, mereka yang dibagi menjadi enam kelompok telah menghasilkan media bagi diri mereka sendiri dan lingkungannya dalam bentuk zine. Kreatifitas mereka pantas untuk diapresiasi. Salah satu zine yang menarik adalah yang mengangkat tema “Teroris”. Cara mereka memandang teroris tidak hanya secara subjektif. Mereka menghujat keadaan negara yang dirasa secara tidak langsung melahirkan teroris-teroris baru, pemahaman agama yang salah, serta menghadirkan sisi lucu dari teroris lewat karikatur. Teknik kolase (potong-tempel) yang dilakukan juga bervariasi. Mereka menciptakan cerita-cerita baru dari gambar kartun yang diambil dari koran. Cara pemotongan yang memisahkan bagian-bagian dari sebuah objek juga  dapat menimbulkan kesan puitis. Pada akhir pertemuan saya bacakan sepenggal puisi Sutardji kepada mereka. Percuma bebas kalau tidak bertelur, Percuma bertelur kalau tidak menetas

***
Ingatan saya melesat ke pertengahan tahun 2011, saat itu saya dan teman-teman dalam grup Creative Writing pada acara Future Leader Summit 2011 menjadi peserta lokakarya pembuatan zine yang juga dimotori oleh Adin. Kami membuat zine juga dengan teknik kolase, tidak hanya itu, karena dipaparkan juga teknik lainnya dengan menggunakan media digital. Hari itu saya belajar membuat zine.

Ini bukanlah de javu tapi hayalan secara sadar yang jadi kenyataan. Ketika berdiri menyampaikan materi kepada para siswa, saya merasakan energi besar yang sudah lama tertahan keluar. Cara-cara mengajar yang selama ini masih melayang-layang dalam kepala saya dapat terkeluarkan. Bagaimana cara menarik perhatian, memberikan motivasi, menciptakan suasana yang santai dan nyaman agar materi dapat diterima dengan baik, membantu mereka dalam mengembangkan imajinasi, dan menciptakan kesan menarik pada akhir pertemuan. Secara sadar saya menghayal jadi seorang pengajar.

Dulu saya belajar membuat zine, sekarang saya mengajarkan cara membuat zine. Sebuah perputaran yang hakiki dan tidak akan pernah berhenti. Belajar lalu mengajar, mambaca lalu menulis. Setelah merasakan mengajar, tentu masih banyak koreksi yang menuntut saya untuk kembali belajar. Belajar cara mengajar, dan belajar tentang hal-hal yang akan diajarkan. Begitu juga setelah merampungkan tulisan ini, saya harus membaca tulisan lain, dan membuat tulisan lain. Perputaran  hakiki yang mesti terus dijalani.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar