“Maafkan
aku kalau kemarin membuat percakapan kita jadi tidak menarik”
“Iya.
Nggak apa-apa. Santai saja. Emang kemarin kenapa?”
“Aku
tetap gak tahu kenapa, tiba-tiba saja sedih dan merasa kesepian. Biasanya juga
seperti itu, ntar sedihnya hilang dengan sendirinya.”
“Bukankah
setiap kesedihan ada penyebabnya?”
“Tidak.
Bagiku kesedihan bisa terjadi tanpa ada penyebabnya”
“Ada
apa denganmu? Silahkan cerita kalau kamu mau menceritakannya”
“Belum
saatnya. Udahlah, aku nggak mau cerita tentang diriku lagi. Maaf ya, kalau ngomong
denganku jadi tidak menarik”
“Percakapan
yang tidak menarik sesekali hadir untuk menyempurnakan percakapan lain menjadi
sangat menarik”
“Ah.
Dasar”
Pertama kalinya aku mengetahui kamu
menyembunyikan sesuatu. Mungkin sebuah cerita atau keadaan. Sialnya kamu tidak
mau menyampaikannya. Praduga-praduga menyelusup ke dalam pikiranku. Ada yang
mengatakan aku belum cukup dipercaya untuk mendengarkan cerita-cerita krusial
dalam kehidupanmu. Ada yang merasa kamu sedang mendramatisir keadaan, mungkin
saja karena datang bulan. Ada yang mengatakan usia pertemuan kita belum cukup
untuk sebuah kisah penting dalam hidupmu. Satu praduga yang lebih menguasai
pikiranku adalah kamu sedih karena laki-laki yang kamu kirim email kemarin.
Barangkali dia memang tidak membalas emailmu, sedangkan kamu sangat
mengharapkan dia membalasnya, atau dia membalas dengan kalimat-kalimat yang
tidak kamu harapakan.
“Apakah laki-laki yang kamu
ceritakan kemarin telah membalas emailmu?”
“Tidak. Dia belum membalas emailku”
Aku menatap wajahmu dengan tatapan
orang kebingungan. Sepertinya kamu mengetahui kebingunganku lalu menimpali.
“Aku sedih bukan karena itu kok”
“Oke. Kalau kamu masih belum mau
menceritakannya, tapi jika kamu mau menceritakannya suatu saat nanti, silahkan.
Rasa penasaran ini bisa mengendap lama dalam pikiranku”.
“Iya. Lihat nanti saja”
“Oh iya. Jangan-jangan kamu sedih
dan merasa sendiri karena jomblo?”
“Siaaaaaal...” Lalu kita sama-sama
tertawa melepaskan ketegangan karena tebakanku yang selalu salah tentang alasan
kesedihanmu.
Sebuah kelegaan menyelinap di antara
praduga-praduga tentang kesedihanmu. Lebih melegakan lagi karena bukan
laki-laki yang kamu ceritakan itu penyebabnya. Sebelumnya, aku membayangkan
betapa hebatnya laki-laki itu
meninggalkan goresan kesedihan pada dirimu. Hingga dibutuhkan suatu kebahagiaan
yang lebih hebat untuk dapat menghilangkannya. Kebahagian yang harus diciptakan
oleh seorang laki-laki yang sedang mendekatimu. Namun itu bukanlah keadaan yang
sebenarnya. Sedikit mampu menenangkanku.
Keadaan yang paling membingungkan
bagi seorang laki-laki adalah saat menghadapi kesedihan perempuan. Lebih
membingungkan lagi jika kesedihan itu tanpa diketahui penyebabnya. Setelah
belum mampu menyelami keluasan perasaanmu, sekarang kamu memerangkapku dalam
gua rahasia kesedihanmu. Maukah kau memberikan suatu petunjuk untukku keluar
dari sini?
Bersambung...
250714