28 Januari 2012

Satu Jadi Dua, Dua Jadi Banyak


: Afrizal Malna

“Seberapa jauh kalian ke sini?”

Cahaya lampu memantul dari kepalamu ke mataku hingga seekor anjingmu berubah jadi singa
Satu jadi dua, dua jadi banyak seperti laron di sekitar bola lampu yang kau sebut arah kiblat.
Di sebelit pinggang mengendap isyarat yang dapat melepas kita dari jerat wajib menjawab tanya
Supaya pinggang jangan dipunggungkan  walau dengan ukuran celana sering bersitegang

Pertanyaan itu terus memantul di antara tebing mata kita selama waktu menukar nama
Bagai cinta yang tak mampu melewati lidah hanya memantul-mantul di dalam dada
Ia menyalak lalu mengaum, satu jadi dua, dua jadi banyak dan kita terlempar ke hutan
Kembali mengukur jauh perjalanan pulang setelah jauh kedatangan lupa kita tuliskan
Seberapa jauh kita kembali.

Pada akhirnya kita hanyalah ampas kopi petanggang yang memalamkan gelas
Menolak meluruhkan tubuh pada kuasa lidah dan ludah

Semarang, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar