Selain dari usia kita yang terus
bertambah, cerita demi cerita di antara kita juga semakin bertambah. Aku
berbagi cerita kepadamu, kamu berbagi cerita kepadaku hingga suatu saat nanti
aku bisa ceritakan kembali. Sebelum cerita-cerita itu terlupakan oleh cerita lainnya
hingga kita hanya bisa menyebutnya sebagai kenangan.
Cerita-cerita yang kita bagi tidak
melulu tentang kebaikan, kekerenan, atau keadaan yang dapat menggambarkan kita
begitu indah di depan orang lain. Kekonyolan dan kebodohan yang pernah
dilakukan menjadi bagian pula dalam cerita. Cerita-cerita yang tidak keren itu malahan
membuat kita merasa bebas dalam bercerita. Kita merdeka dari rahasia-rahasia
pada masa lalu. Tiada yang direkayasa dan tiada yang disembunyikan di antara
kita.
Kamu ceritakan kekonyolanmu saat
mengira biji buah naga adalah semut dalam sup buah yang sedang kamu makan.
Hingga kamu ambil satu per satu dengan ujung sendok dan membuangnya. Aku balas
dengan cerita menanyakan “gerobak” kepada pegawai super market karena
lupa dengan istilah trolley. Kita
saling menertawakan diri sendiri. Menjadikan kekonyolan masa lalu sebagai
komedi hari ini.
Kekesalan kita pada padatnya arus
lalu lintas di kota ini hingga melakukan berbagai kegiatan di tempat berbeda
jadi lebih menantang. Atau kemurkaan kita pada listrik yang mati pada saat-saat
genting hingga harus ke mini market hanya untuk dapat colokan, guna men-charge
laptop yang hampir mati saat diburu deadline. Adakalanya kita berbagi peran menjadi penenang atas
segala kekesalan dan pemberi solusi bagi setiap kebuntuan.
“Aku lagi sedih” begitulah jawabmu suatu
ketika aku tanyakan kabarmu.
“Kenapa?”
“Gak tahu. Sedih aja pokoknya”
“Kamu habis ngapain?”
“Gak ngapa-ngapain”
“Kamu mau cerita tentang sesuatu
yang mungkin jadi penyebab kesedihanmu?”
“Aku gak tahu. Aku gak mau cerita.
Aku juga gak tahu kenapa aku sedih”.
“Apa kamu sedih karena aku? Salahku
maksudnya?”
“Gak tahuuuuuuu...”
Untuk pertama kalinya kebingungan
menghampiriku saat berbicara denganmu. Entah dari siapa awalnya kebingungan ini
menular. Kamu hanya merasa sedih tanpa tahu penyebabnya. Tidak mampu berbagi dalam
cerita seperti kekonyolan yang pernah dilakukan. Aku menjadi bingung karena
tidak mengetahui penyebab keedihanmu. Aku bisa saja memberimu solusi yang
normatif. Mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Jika sedikit merayumu, akan
kusampaikan bahwa aku akan selalu ada di sampingmu ketika senang maupun sedih.
Tapi kamu tahu semua itu tidak aku sampaikan.
Aku belum bisa memahami kebingungan
yang kamu hadirkan. Karena itu aku menjaga diri untuk bertindak sebagai
pahlawan dalam masalahmu. Selain masih merasa kebingungan, satu hal yang masih
dapat aku lakukan dengan baik adalah mendengarkanmu. Jika sedikit sekali cerita
yang keluar dari mulutmu, biarlah aku hanya mendengar suara nafasmu.
Bersambung...
200714
Tidak ada komentar:
Posting Komentar